kenikmatan ber oral sex
Hi, perkenalkan namaku Tedi, keturunan tionghoa yang berumur 26 tahun dengan tampang biasa-biasa saja. Ini adalah ceritaku yang kedua dan dalam cerita di sini, akan kuceritakan pengalamanku beroral sex dengan cewek tanpa senggama.
*****
Masih ingat tidak dengan cewek yang bernama Leni, dalam ceritaku pertama: Pengalamanku Beronani. Nah, setelah berkenalan di kolam renang, kami pergi ke tempat kostnya yang ternyata campuran cewek dan cowok. Kebanyakan yang ngekost di sana cewek SMA, masih ranum dan mulus sekali dan cowok yang sudah kerja. Kebetulan sekali aku juga sedang cari kos karena memang baru pindah kerja di Semarang. Setelah sering omong-omong sama Leni, ternyata dia pernah ngesex sama pacarnya waktu SMA kelas 3 dan sejak saat itu dia sering masturbasi sambil membayangkan penis cowok.
“Wah nyambung nih cewek”, batinku.
Lalu aku juga menjelaskan kepada Leni kalau sebenarnya aku juga ingin sekali ngentotin cewek, tapi karena aku sudah berjanji untuk memberikan keperjakaanku hanya untuk istriku, jadi aku dengan senang hati memberikan pelayanan oral sex (padahal selama ini aku hanya beronani saja membayangkan dioral atau ngentot cewek). Setelah sepakat untuk melakukan waktu malam, pada waktu semua teman kost tidur, kami pura-pura pergi tidur. Penisku sudah ngaceng terus sambil menunggu waktunya tiba. Kira-kira jam 24 lebih, saat sepi-sepinya, dengan penis ereksi penuh, dengan memakai celana pendek tanpa CD, sehingga terlihat jelas tonjolan penisku yang tegak. Pelan-pelan sekali aku membuka pintu kamarku, berjalan berjingkat-jingkat, menuju kamar Leni dan membuka pintu kamarnya, langsung saja kukunci kamarnya.
Dengan cahaya remang-remang, Leni terlihat cantik sekali. Rambutnya yang terurai, senyum menggoda, dengan berpakaian piyama dan harum badannya sungguh menyiksa penisku yang dari tadi ereksi, untuk segera dinikmatinya.
“Kamu terlihat sangat cantik Leni”, kataku kepadanya.
“Ah yang bener?” katanya.
Langsung kucium bibirnya.
“Oh, lembut sekali”, batinku.
Kami berpelukan dan berciuman cukup lama, kurebahkan dia pelan-pelan dan kuciumi leher dan telinganya.
“Oh, sstt..”, desisnya.
Tanganku mulai bergerilya di sekitar lehernya lalu turun ke buah dadanya yang terbalut oleh piyamanya. Ternyata dia tidak memakai apa-apa dibalik piyamanya itu. Kurasakan buah dada yang proporsional besarnya, kuremas-remas lembut, dan sekali-kali kupermainkan putingnya. Lenipun juga mulai bergelinjang ketika kucubit-cubit putingnya, lalu tangannya mulai menyusuri celana pendekku dan meraba-raba penisku. Kaget juga dia ternyata penisku sudah keras. Nikmatnya berbeda kalau penis dipegang oleh cewek, daripada beronani sendirian. Sementara bibir kami masih saling berpagutan, tanganku mulai membuka baju piyamanya, sedangkan tangannya melepas kaosku, sungguh romantis. Oh, indahnya buah dadanya, tegak menantang, proporsional dan kedua putingya sangat menggoda untuk kusedot. Kedua tanganku meremas-remas kedua buah dadanya, dan mulai gantian mulutku yang bekerja, menjilat, memilin, mencium dan menggigit-gigit kecil putingnya yang sudah keras.
“Ahh..”Keluh Leni.
Tangannya meremas-remas rambutku menahan kenikmatan tiada tara. Tangan kananku mulai menelusuri pangkal pahanya, sementara mulutku tetap menempel di putingnya secara bergantian. Saat jari-jariku mulai bermain di sekitar vaginanya, dia mengerang dan ternyata sudah mulai basah. Lalu celana piyamanya kupelorotkan dan kulepas.
Aku terpana melihat pemandangan yang baru pertama kali kulihat itu. Pangkal kenikmatannya begitu indah, berwarna merah di tengah dan dihiasi bulu-bulu lembut di atasnya. Dan ada daging mungil sangat menggairahkan, yang katanya orang-orang ternyata adalah klitoris. Tak menunggu lama lagi, bibirku segera menyerbu vaginanya. Kuhisap-hisap dan lidahku mengaduk-aduk liangnya, Leni terus menggelinjang sambil melenguh dan mengerang keenakan. Tiba-tiba dia mengejang dan menjepit kepalaku sampai aku terbenam di vaginanya tanpa sempat bernapas dan keluarlah cairan kewanitaannya cukup deras. Dengan rakusnya aku menjilati dan menyedot semua cairan tersebut, sungguh enak dan membuatku ketagihan.
Setelah Leni mengambil napas sesaat, lalu didorongnya aku sampai terbaring. Gantian dia yang mulai menyerangku. Leni langsung menjilati leherku, menciuminya sampai-sampai aku menggelinjang hebat, ciumannya berlanjut sampai ke putingku, dikulumnya, dijilatnya lalu ke perutku, terus turun ke selangkanganku. Sementara penisku sudah sekeras batu dari tadi, dia tetap cuekin saja. Dijilatinya paha sebelah dalamku dan aku hanya menggelinjang hebat karena dibagian ini aku tak kuasa menahan rasa geli campur kenikmatan.
“Oohh.. Leni!” terucap dari mulutku saat dia mendaratkan bibirnya di leher penisku.
Dijilatinya, dikulum, dikocok-kocok. Gila benar, ini benar-benar di surga, tidak pernah aku merasakan kenikmatan sedemikian dahsyat. Kadang penisku tergigit oleh giginya, rada sakit juga, tapi tetap kalah dengan nikmatnya dioral. Lidahnya menelusuri seluruh selangkanganku, menjilati setiap milimeter kantong bijiku, diambilnya bijiku dengan bibirnya lalu dikulum dan dihisap bijiku, seakan ingin ditelannya, juga terus sampai-sampai lubang pantatku pun dijilatinya. Aku hanya menggelinjang-gelinjang terus sambil mengaduk-aduk rambutnya. Kenikmatan dan kegelian yang amat sangat juga kurasakan ketika lidahnya menjilati bagian ujung bawah penis, ingin rasanya melompat, tapi dadaku langsung ditahan oleh tangan kanannya Leni. Sampai akhirnya seluruh badanku bergetar menahan nikmat dan tersemburlah spermaku yang sudah lama ingin muncrat. Bisa kurasakan betapa banyaknya air maniku yang keluar, dan semuanya tidak luput dari bibirnya. Seakan-akan takut ada yang tercecer, dijilati seluruh pahaku, diurut-urut dan dihisapnya penisku sampai yakin benar-benar habis.
Penisku ternyata masih tegang juga, kutarik dia berhadap-hadapan, kupeluk dan kuciumi bibirnya dengan lembut. Sementara tangan kiriku bergerilya di kedua pantatnya yang sekal, dengan sekali-kali menyentuh vaginanya. Aku sangat suka pantat yang indah, padat dan bundar. Tangan kanannya pun juga tidak mau kalah dengan meremas-remas dan mengocok pelan penisku. Penisku yang masih keras, semakin keras dan berdenyut-denyut lagi. Kubalik posisinya, dimana sekarang aku yang diatas. Kulanjutkan dengan menciumi bibirnya dengan tangan kiriku memilin-milin putingnya dan tangan kananku memijat-mijat vagina dan klitorisnya.
Terlihat dia mulai ngos-ngosan lagi, lalu kujilati lehernya dan turun ke bawah, hampir semua badan depannya habis kujilati. Tidak kusia-siakan kesempatan bermain dengan cewek. Sampai akhirnya kuelus-elus, kujilati semua kedua pahanya sambil kedua tanganku tetap memainkan kedua putingnya. Bahkan kemudian kakinya menjepit kepalaku seolah-olah meminta dikerjai lebih dalam dan lebih keras lagi. Kupermainkan klitorisnya terus menerus sampai-sampai dia bergerak tidak karuan ke kiri kanan, susah juga mempertahankan lidahku tetap menempel di vaginanya. Sampai suatu saat, ada suatu kontraksi di vaginanya dan membanjirlah cairannya. Untung saja mulutku pas didepan vaginanya, sehingga bisa menikmati semua cairan nikmatnya, kusedot habis vaginanya dan kujilati klitorisnya. Dia menggelinjang-gelinjang sesaat.
Kubalik posisiku sehingga menjadi posisi 69. Bertubi-tubi kuluncurkan lidahku, keluar masuk, naik turun sambil sesekali jariku menggoda sang clitoris. Mulutku tak henti-hentinya meneguk segarnya air danau senggama ini. Leni pun ternyata tidak mau kalah, dia juga dengan sangat terampil mengocok penisku, diurutnya dari bawah ke atas, dijilati dan diemutnya kepala penisku. Benar-benar suatu pengalaman dan kenikmatan yang sudah lama kuimpi-impikan, yaitu oral sex (senggama hanya kuberikan kepada istriku tercinta kelak, jadi sebenarnya penisku masih perjaka sampai sekarang, he he). Dari posisi ini, bisa kulihat jelas vaginanya yang indah dan aku tetap terpesona dengan bentuk vagina cewek.
Mulutku bergerilya lagi sampai lidahku menjulur keluar masuk vaginanya. Tanganku meremas-remas kedua pantatnya, sekali-kali memilin kedua putingnya. Leni berulang kali mendesah, menggelinjang dan menghentikan aktivitas emutannya dipenisku karena menahan nikmat tiada tara dari seranganku. Semakin cepat aku memasuk keluarkan lidahku, semakin cepat pula pompaan mulutnya dipenisku, tangan kirinya meremas dan mengelus pantatku, tangan kanannya memijit-mijit kedua buah pelirku. Aku pun juga kelojotan menahan nikmat, dan kugigit-gigit kecil klitorisnya yang memang minta kupermak habis-habisan.
“Akh ohh sst..” desah kami berdua.
Kurasakan badannya mulai bergetar dan kedua pahanya mulai menjepit kepalaku lagi, langsung kepercepat aktivitas lidahku. Leni pun ternyata juga merasakan kalau aku akan muncrat lagi. Dan pada akhirnya, Leni berteriak tertahan tak terkendali.
“Oohh.. hh.. yess.. Ahh!”, sementara tangannya mengocok dengan cepat penisku, dan sesaat kemudian badanku tergetar hebat. Crot croot crutt.., nikmatnya amat sangat, kedua lidah kami saling membersihkan selangkangan lawannya, sampai yakin benar-benar habis.
Kami sama-sama lemas tapi puas. Dengan telanjang bulat dan masih dilanda kenikmatan, kupeluk dia erat-erat dan kuciumi bibirnya, lidah kami saling berpagutan, kubisikkan dengan mesra”Aku sayang kamu”. Dia cuma tersenyum bahagia.
“Maafkan aku jika aku mungkin tidak bisa memberikan kepuasan total kepadamu, dengan tidak bersenggama..”
Belum habis kata-kataku, diciumnya bibirku dengan lembut sekali. Oh, sungguh romantis dan nikmat sekali.
“Tak apa sayangku, aku ngerti kok, kamu benar-benar setia terhadap istrimu kelak. Aku yakin, siapa yang menjadi istrimu, akan bahagia”.
Kupeluk dia erat-erat dan kucium keningnya. Kami tidur bersama dengan telanjang bulat, sampai sekitar jam 04.30. Lalu aku bangun dan mencium bibirnya, kedua putingnya dan kujilat vaginanya, sementara dia tetap memejamkan matanya sambil tersenyum. Melihat keindahan bodinya yang telanjang, penisku mengeras lagi, tapi kasihan dia agar tetap istirahat. Sehingga aku cuma beronani pelan-pelan sambil melihat pemandangan cewek telanjang didepanku.
“Ahh sst..”, desahku, dan crut croott.. air maniku bersemburan disekitar dada, perut dan vaginanya.
Leni mengambil maniku dan dijilatnya, sebagian dioleskan diseluruh tubuhnya, lalu meneruskan tidurnya. Bergegas aku mengenakan pakaianku, keluar kamarnya dengan pelan-pelan menuju kamarku, lalu tidur dengan pulas.
Sebenarnya ditengah-tengah permainan tadi, Leni mendesakku terus menerut untuk memasukkan penisku divaginanya. Akupun menolak dengan lembut dan tetap kunikmati seluruh tubuh dan vaginanya. Aku juga sebagai laki-laki normal, keinginan untuk bersenggama besar sekali, tapi aku tidak tega dengan istriku, walaupun bisa saja aku berbohong kepadanya, tapi pada kenyataannya aku tipe orang yang jujur. Akhir-akhir ini, aku tidak pernah beronani lagi, karena memang sengaja aku begitu, padahal biasanya hampir tiap hari menikmati onani. Penisku sering sekali ereksi dan lama baru bisa reda, sampai-sampai aku tidak bisa tidur karena penisku ereksi terus. Hemat air mani kan hemat energi juga lho, nanti kucurahkan kepada cewek yang mau beroral seks denganku (kalau ada yang mau). Sampai seumur sekarang, aku belum punya pacar lagi dan keinginanku untuk memiliki pacar yang bisa kuajak serius sampai pernikahan adalah besar sekali. Tapi ternyata Tuhan belum memberikannya kepadaku dan aku tetap bersabar dengan terus berdoa.
Bagi untuk cewek-cewek yang masih perawan dan ingin menikmati oral seks yang aman tanpa senggama, hubungi saya, dijamin sama-sama puas. Atau para cewek dan Tante yang ingin berkenalan, sharing dan ingin juga oral seks, meminum air maniku sebanyak-banyaknya,
HOME